Jumat, 13 April 2012

Kartini Era Modern

hihhi jadi malu kalo mau ngepost tulisan ini, ini cuma sekedar artikel yang saya buat yang tujuan utamanya kenapa saya bikin artikel ini adalah menang lomba!!beneran lohh,,,tapi sayangnya gak lolos ni, karena bahasanya tdk sesuai kriteria, yasudahlah,,toh akhirnya saya post kan juga di buletin organisasi kampus dan sekarang di sini saya mau nge post juga deh...yang saya post sekarang adalah tulisan saya yang di muat di buletin, karena kalo yang buat lomba saya udah ga inget redaksinya (karena ditulis tangan), jadi yang saya post kan yang saya sudah edit lagi...ayo ayoo..check it out!

Wanita Indonesia Menurut Saya.................


Menurut  pendapat saya, perempuan masa kini adalah perempuan yang tahu dan sadar akan kodrat dan posisinya sebagai wanita. Tahu dan peka akan perubahan sosial, tidak mudah tergoyahkan, dan mampu memilah sampai di mana seharusnya wanita itu menunjukkan eksistensinya. Mengerti kapasitas dan kemampuan diri, tidak berusaha melampaui dari sosok pria yang notabene diciptakan sebagai khalifah bagi dirinya dan keluarganya kelak. Wanita tidak bisa memungkiri banyak perbedaan-perbedaan yang jelas antara sosok wanita dan pria, baik dari segi fisik, mental, pola pikir, ketahanan dan kemampuan bekerja. Meskipun emansipasi sudah menjadi landasan yang berakar untuk sebagian para wanita, tapi perlu dipertanyakan seperti apa emansipasi yang sebenarnya? Apa sebenarnya yang diharapkan dari emansipasi itu? Sudah sejalankah dengan konsep emansipasi yang dimaksud? Apakah benar perjuangan dari emansipasi dimaknai hanya sebatas perempuan bisa mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dalam semua bidang?
Kartini, sebagai pelopor perjuangan kaum perempuan, memang menyerukan persamaan hak antara lelaki dan perempuan. Tapi hal itu berdasarkan kegelisahan hatinya menyaksikan wanita-wanita Jawa yang terbelenggu oleh adat istiadat yang merendahkan harga diri wanita. Tujuan utama Kartini adalah menginginkan hak pendidikan untuk kaum wanita sama dengan laki-laki. Itu saja! Dan hasil dari menuntut ilmu ini bukan sebagai ajang untuk menunjukkan superioritas wanita, tetapi justru digunakan untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi yang berkualitas.
Inilah yang disalahartikan oleh kebanyakan kaum wanita saat ini. Emansipasi mereka artikan sebagai ajang unjuk diri dan menuntut persamaan hak dengan laki-laki. Wanita sudah tidak perlu lagi diatur-atur oleh ayah, kakak laki-laki, bahkan suami. Wanita sibuk mengejar karir dan prestasi di luar dan mengabaikan anak mereka di rumah. Wanita yang memilih berumah tangga dianggap tidak produktif.
Kerugian bagi lelaki adalah lahan kerja untuk laki-laki sebagai suami dan pencari nafkah keluarga juga semakin sempit. Dalam Islam juga dikatakan tidak ada larangan bagi perempuan untuk keluar rumah dan bekerja selama tidak melalaikan kewajibannya sebagai istri dan ibu. Bila memang ingin menuntut persamaan hak, sebaiknya utamakan dari segi kecerdasan dan keterampilan. Dan sebenarnya, wanita memang tidak diwajibkan bekerja selama suami bisa menafkahinya secara rutin dan berkecukupan. Karena dilihat dari daya fisik wanita, yang fitrahnya mendapat haid setiap bulan, hamil, melahirkan, menyusui, tentu itu semua bukan hal yang ringan bagi wanita untuk menjalankannya.
Sedangkan lelaki diwajibkan bekerja karena dianugerahi fisik yang kuat, serta tekstur fisik yang juga kuat. Kewajiban ini bukan hanya sekedar perintah, tetapi sangat berat pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Inilah yang harusnya ditelaah bagi seluruh wanita tentang makna emansipasi. Bukan sekedar bekerja di bidang yang dulunya hanya dikerjakan laki-laki dan berlomba-lomba mengejar kesuksesan paling banyak. Tapi berusaha meraih ilmu setinggi-tingginya untuk kepentingan generasi selanjutnya di masa depan, karena tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat, apapun ilmunya. Wanita masa kini adalah wanita yang cerdas dan sadar akan dirinya sebagai wanita.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar