Jumat, 13 April 2012

Real Story

nahh kalau yang ini bukan cerita ngarang-ngarang yang saya bikin kaya sebelumnya, tapi emank true story yang saya alami, saya mau nulis ini karena berkesan banget buat saya,,hehehe,,apakah teman-teman pernah mengalaminya juga??


MUTIARA DI DALAM LUMPUR
Terkadang kita menilai seseorang hanya dari penampilan fisik, tapi sebenarnya penampilan fisik tak cukup untuk mengatribusikan sikap yang dimilki seseorang, bahkan bisa menjadi bias (kabur, tidak jelas).  Seperti yang saya alami ketika saya diminta menjadi surveyor untuk pemilukada Tangsel. Saya ditugaskan di suatu daerah di Tangsel. Awalnya saya ditugaskan di kecamatan “X”, yang saya lihat kantor kelurahannya besar, bersih, cukup bonafid. Saya berfikir pasti pegawai-pegawainya ramah. Ternyata apa yang saya pikirkan sangat jauh berbeda. Baru datang saja, saya sudah dianggurkan hampir satu jam disana. Padahal saya hanya butuh data penduduk saja, tetapi pegawai yang saya tunggu tak kunjung datang. Alasannya banyak, lagi ke kamar mandi lah, lagi makan siang, padahal saat itu belum waktunya makan siang. Untunglah tiba-tiba ada yang menelepon, memberitahukan bahwa saya dipindah tugaskan di kecamatan sebelah. Saya pun langsung pergi begitu menerima perintah itu.
Saat saya berpikir, jangan-jangan di kecamatan sebelah pun sama saja, apalagi ketika saya kesana sudah saatnya makan siang, pasti tidak ada yang melayani. Tapi saya tetap berpikir positif dan berdoa mudah-mudahan saya diterima dengan baik disana.  Dan untungnya apa yang saya harapkan terjadi, pegawai-pegawai disana sangat ramah dan welcome sekali, berbeda dengan perlakuan sebelumnya. Meskipun kantornya tidak terlalu besar.  Bahkan saya hampir dibantu oleh semua pegawai disana padahal satu orang pun cukup untuk membantu saya. Saya juga diajak ngobrol oleh pegawai-pegawai disana, ditanya asalnya dari mana, kuliah dimana, dan lain-lain. Mungkin juga perbedaan perlakuan yang saya dapat dipengaruhi juga oleh kultur, atau lingkungan sekitar. Memang kantor kecamatan yang sebelumnya saya kunjungi terletak di lingkungan yang agak metropolitan.
Tantangan terbesar yang harus saya hadapi setelah itu adalah mencari alamat-alamat responden yang tentu saja tidak mudah. Bahkan kalau ketemu pun belum tentu orangnya mau diwawancarai. Berkali-kali saya mendapatkan perlakuan seperti itu. Bahkan sampai ada yang menyangka saya seroang sales dan peminta sumbangan karena membawa-bawa map kemana-mana. Rata-rata orang yang menolak diwawancarai karena ketidak mampuan mereka dalam hal pemilukada ini, lagian juga ga ada sosialisasinya, kata mereka. Ada daerah yang bahkan para penduduknya tidak tahu akan diadakan pemilukada Tangsel, di sini mah ga gembar-gembor tuh soal pemilu Tangsel, kita aja baru tahu dari Neng. Saat dikatakan itu saya hanya tersenyum simpul saja.
Tapi meskipun mereka menolak untuk diwawancarai, mereka tidak langsung mengusir saya begitu saja. Bahkan dibandingkan dengan orang yang mau saya wawancarai, perlakuan mereka justru lebih baik. Saya diajak singgah sebentar di rumahnya, diajak ngobrol, diberi tempat teduh ketika hujan deras, dikasih makan, dan perlakuan-perlakuan lainnya yang tanpa pamrih dari mereka padahal saya tahu mereka pun bukan orang yang berada, tapi mereka tetap menghormati tamu dengan baik, dan hal itu tidak saya dapatkan di responden yang rumahnya cukup besar dan berpendidikan tinggi.
Yang saya kagumi dari mereka, dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka tidak merasa rendah diri, tetap apa-adanya, tetap berusaha menjamu tamu padahal mungkin untuk sehari-haripun mereka masih kesulitan. Dan intinya mereka tulus untuk melakukan semuanya, tidak punya pikiran jangan-jangan saya orang yang jahat, mau menipu, dan lain-lainnya. Meskipun mereka tidak berpendidikan tinggi, keadaan ekonomi pas-pasan, keramahan mereka tetap diutamakan, bahkan untuk orang yang tidak mereka kenal. Saya banyak belajar dari pengalaman ini, yang membantu membuat saya menjadi lebih baik lagi. Dan uniknya, saya belajar bukan dari orang yang berpendidikan tinggi dan mengerti pemerintahan, justru dari orang yang bahkan sekolahnya pun tak tamat dan buta masalah pemerintahan. Yang penting saya mah masi bisa milih presiden neng!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar